Samidi Khalim
Balai Litbang Agama Semarang
Email: samidi.khalim@yahoo.co.id
Balai Litbang Agama Semarang
Email: samidi.khalim@yahoo.co.id
Pendahuluan
Berbicara tentang Sejarah Pernaskahan di Jawa berarti kita membicarakan salah satu bagian dari Tradisi Besar (Great
Tradition) Islam di Indonesia. Naskah-naskah Pesantren di Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya, mengandung record (rekaman) tradisi keilmuan agama Islam yang berbentuk karya tertulis. Naskah Pesantren pada umumnya berupa kitab-kitab yang diajarkan oleh kyai kepda para santrinya, baik itu di pesantren Jawa dan lembaga serupa yang
ada di Luar Jawa. Pengajaran tradisi keilmuan Islam tersebut secara tradisional dikemas dalam bentuk kitab-kitab
klasik yang lazim disebut Kitab Kuning (Bruinesen, 1999). Secara
umum kita-kitab tersebut berisi tentang pengajaran keilmuan agama Islam yang berkaitan dengan tafsir, hadits, usul al-fiqh, akidah/
ushuluddin, tasawuf dan tarekat,
tata bahasa Arab tradisionil (nahu,
sharaf, balaghah), akhlak,
kumpulan do’a-wirid, mujarabad, qishash Al-Ambiya, maulid, manaqib
dan sebagainya. (Bruinessen, 1999: 134-135). Kandungan tradisi intelektual
Islam yang termuat dalam kitab-kitab tersebut berkisar pada tiga kategori, antara lain yaitu pada paham akidah Asy’ari, mazhab fiqih
Syafi’i, ajaran akhlak dan tsawuf Al-Ghazali, serta karya-karya lainnya.
Sumber terpenting dari ajaran intelektual Islam tradisonal Indonesia yang diajarkan di pesantren adalah kota Mekah dan Madinah sebagai pusat orientasinya. Tradisi penulisan naskah kitab kuning tersebut pada dasarnya telah berlangsung lama, bahkan ada yang ditulis sebelum Islam masuk ke Indonesia. Sebagian, malahan ada yang ditulis di Makkah atau Madinah, sekalipun yang menulis kemungkinan adalah ulama Indonesia sendiri yang mukim di sana. Hampir sebagaian besar penulis naskah ajaran Islam di Indonesia lama bermukim di Makkah, Medinah dan di pusat-pusat kajian Islam di Timur Tengah. Dengan demikian Pesanren dalam hal ini berperan sebagai pusat transmisi tradisi keilmuan Islam yang bersifat internasional dengan tradisi Islam di Indonesia yang bersifat tradisional. Para ulama penulis naskah Kitab Kuning di Pesantren sudah barang tentu menduduki peran penting sebagai agen pelaku transmisi tradisi keilmuan agama Islam di Indonesia, sekaligus sebagai rekonsiliator kebudayaaan / peradaban Islam yang bersifat internasional dengan Islam yang berifat lokal di Indonesia. Transmisi keilmuan Islam yang ditulis dalam naskah yang tergolong dalam Kitab Kunit tersebut diduga telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, terutama sepanjang perjalanan proses Islamisasi di Indonesia.
Untuk mengidentifikasi dan memahami proses
hadirnya pernaskahan Kitab Kuning dan yang sejenis di dunia Pesantren di
Jawa, paling tidak dapat dirunut melalui beberapa periode
penting, antara lain yaitu pada masa
awal kelahiran pusat kerajaan Islam di Pesisir Utara Jawa (Demak, Cirebon,
Banten) pada abad ke 16; pada masa kerajaan Islam Mataram pada abad 17-18; masa
pemerintahan kolonial Belanda pada abad
ke-19/ awal abad ke20; dan pada masa kemerdekaan. Periodisasi yang didasarkan
pada masa pemerintahan politk ini di
dasarkan atas dasar pertimbangan adanya hubungan antara kelahiran kelembagaan
Pesantren dengan pusat-pusat sejarah (histrorical
centers) politik (puat kerajaan Islam, pemerintahan penjajahan, dan
pemerintahan pasca penjajahan) pada zamannya. Mengingat adanya bungan
interaktif antara keduanya, maka
keberadaan pernaskahan yang memuat
tradisi keilmuan agama Islam sesungguhnya bisa ditemukan selain di dunia
Pesantren, juga di dalam dunia istana kerajaan Islam (Demak, Cirebon, Banten,
Mataram) dan Arsip Pemerintahan Kolonial Belanda, dan Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional
Indonesia, dan lembaga yang sejenis.
Secara ringkas
pernaskahan tersebut di atas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pernaskahan Pesantren pada
Masa/Awal Kerajaam Islam di Jawa di Pesisir Utara Jawa, sekitar abad ke-15/16
Pernaskahan tradisi keilmuan agama Islam pada periode ini secara umum
lahir pada masa awal berdirinya pemerintahan
kerajaan Islam yang berpusat di Pesisir
Utara Jawa, yaitu di Demak, Cirebon. Dan Banten. Periode dikenal sebagai
periode kelahiran raja Islam yang bergelar Sultan sebagai penguasa politik negara Islam (Umaroh)
bersama dengan Ulama, yaitu yang dikenal sebagai para Wali, bertanggungjawab
dalam penyebar-luasan agama islam di Jawa Pusat-Pusat peganjaran Islam selain
di pusat istana, tersebar di pusat kediaman para Wali, seperti Gresik,
Giri, Tuban, Murya, Kudus, dan lainnya.
Pada pusat-pusat perguruan tersebut tranasmisi ajaran Islam brlangsung dan
penulisan dan penyebaran naskah
kitab-kitab keilmuan mulai berkembang, melalui para Wali, sebagai mubalig
utamanya. Sekaligus para penulis naskah
Kitab Kuning yanga awal tersebut adalah para Ulama / Wali yang memimpin perguran Islam di tempat tersebut diatas, yang dapat
dipandang sbagai cikal bakal “Pesanten” pada masa kemudian. Naskah-naskah
“Pesantren” awal ini pada masa kemudian sangat berharga sebagai warisan budaya intelektual dunia Pesantren
Pesisir Utara Jawa..
Beberapa naskah keilmuan agama Islam yang penting yang lahir pada masa
itu di antaranya ialah, naskah ‘Naskah
Wejangan Sheh Bari” ( Drewes, 1969); “Kitab Sunan Bonang”
(Schrieke, 1916); Een Javaanse Primbon uit de zestiende eeuw (De Goeje
Foundation, 1954); Een Javaansche Primbon uit de zestiende eeuw (Kraemer, 1921.);
dan berbagai naskah lain termasuk karya-karya Suluk (tasawuf, mistik
Islam), serta karya-karya Sastra Religius Pesisiran.
2. Pernaskahan Pesantren pada Masa Kearajaan Mataram (Abad ke 17-18).
Pernaskahan keilmuan agama Islam pada abad ke-17-18 yang berkembang pada masa
Kerajaan Islam Mataram (Kota Gede, Kerta, Plered, Kartasura, Surakarta) dapat
dirunut antara yang berkembang di pusat istana dan di Pesantren. Di pusat
istana, misalnya, dapat didentifikasikan dengan lahirnya ajaran Mistik Islam
yang termuat dalam “Sastra Gending’, karya
Sultan Agung (1613-1645); Carita Sultan
Iskandar, Serat Yusuf, dan Kitab Usulbiyah; Suluk Garwa Kencana ( Ricklefs,
2006; 1998) dan Serat Cabolek
(Soebardi,1975).
3. Pernaskahan Pesantren pada Abad ke 19/ awal Abad ke 20 : Masa
Kolonial.
Pernaskahan keilmuan agama Islam
pada abad ke-19 /awal abad ke 120, yang berkembang pada Masa Kolonial
Belanda, di antaraya ialah naskah-naskah Centhini yang ditulis pada awal abad
ke-19; dan karya-karya Kitaab Kuning yang berkembang di Pesantren di Jawa.,
seperti yang tersebut di atas.
Banyak karya naskah Pesantren yang ditulis oleh K.H. M.Shaleh Darat
Al’Samarani. Diantaranya patut disebut di sini ialah Tafsir Faidl Al-Rahman Fi
Tarjamah Tafsir Kalam Malik Al-Dayyan. Beberbagai
naskah Peantren juga dapat dirunut di Koleksi Pepustakaan Nasional Jakarta.
4. Pernaskahan Pesantren pada Masa Kemerdekaan
Berbagai karya tulis pernaskahan Pesantren pada masa kini bisa diteliti
dan dikumpulkan dari berbagai sumber langsung dari Pesantren yang bersangkutan
maupun dirunut dari berbagai penerbitan dan koleksi perpustakaan
di Indonesia.
DAFTARA BACAAN
Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning. Pesantren dan Tarekat. Tradisi
Islam di
Indonesia.
Bandung:Penerbit
Mizan, 1999. Terbitan ke III.
De Goeje Foundation. Een Javaanse Primbon uit de zestiende eeuw (Leiden: E.J. Brill,
1954.
Drewes, G.W.J. The Admonitions of She Bari.
A 16th century Javanese Muslim text
attributed to the Saint of Bonang. The Hague: Martinus
Nijhoff, 1960.
Kraemer, H. Een
Javaansche Primbon uit de zestiende eeuw. Leiden, 1921.
Ricklefs, M.C. Mystic Syntheses in Java. History of
Islamization from the Fourteenth
to the
Early Nineteenh Centuries. Norwalk:
EasBridge, 2006.
__________The Seen and Unsee Worlds in Java. History,
Literature and Islam in
Court of
Paku Buwwana II. Honolulu:
Allen & Unwin, Universiy of
Hawaii, 1998.
Schrieke, B.J.O. Het Boek van Bonang. Disertasi. Leiden, 1916.
S. Soebardi. The Book of Cabolek. He Hague; Martinus Nijhoff, 1975.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar