Kamis, 16 Maret 2017

NASKAH PESANTREN DI JAWA



Samidi Khalim
Balai Litbang Agama Semarang
Email: samidi.khalim@yahoo.co.id



Pendahuluan
Berbicara tentang Sejarah Pernaskahan di Jawa berarti kita membicarakan salah satu bagian dari Tradisi Besar (Great Tradition) Islam di Indonesia. Naskah-naskah Pesantren di Jawa khususnya dan Nusantara pada umumnya, mengandung record (rekaman) tradisi keilmuan agama Islam yang berbentuk karya tertulis. Naskah  Pesantren pada umumnya berupa kitab-kitab yang diajarkan oleh kyai kepda para santrinya, baik itu di pesantren Jawa dan lembaga serupa yang ada di Luar Jawa. Pengajaran tradisi keilmuan Islam tersebut secara  tradisional dikemas dalam bentuk kitab-kitab klasik yang lazim disebut Kitab Kuning (Bruinesen, 1999). Secara umum kita-kitab tersebut berisi tentang pengajaran  keilmuan agama Islam  yang berkaitan dengan  tafsir, hadits, usul al-fiqh, akidah/ ushuluddin,  tasawuf dan tarekat, tata bahasa Arab tradisionil (nahu,  sharaf,  balaghah), akhlak, kumpulan do’a-wirid, mujarabad, qishash Al-Ambiya, maulid, manaqib dan sebagainya. (Bruinessen, 1999: 134-135). Kandungan tradisi intelektual Islam yang termuat dalam kitab-kitab tersebut berkisar pada  tiga kategori, antara lain yaitu  pada paham akidah Asy’ari,  mazhab fiqih Syafi’i, ajaran akhlak dan tsawuf Al-Ghazali, serta karya-karya lainnya. 


Sumber terpenting dari ajaran intelektual Islam tradisonal Indonesia yang diajarkan di pesantren adalah kota Mekah dan Madinah sebagai pusat orientasinya. Tradisi penulisan naskah kitab kuning tersebut pada dasarnya telah berlangsung lama, bahkan ada yang ditulis sebelum Islam masuk ke Indonesia.  Sebagian, malahan  ada yang ditulis di  Makkah  atau Madinah, sekalipun yang menulis kemungkinan adalah ulama  Indonesia sendiri  yang mukim di sana. Hampir sebagaian besar penulis naskah ajaran Islam di Indonesia lama bermukim di Makkah, Medinah dan di pusat-pusat kajian Islam di Timur Tengah.  Dengan demikian Pesanren dalam hal ini berperan sebagai pusat transmisi tradisi keilmuan Islam yang bersifat internasional  dengan tradisi Islam di Indonesia yang bersifat tradisional. Para ulama penulis naskah Kitab Kuning di Pesantren sudah barang tentu menduduki peran  penting sebagai agen pelaku transmisi tradisi keilmuan agama Islam di Indonesia, sekaligus sebagai rekonsiliator kebudayaaan / peradaban Islam yang bersifat internasional dengan  Islam yang berifat lokal di Indonesia. Transmisi keilmuan Islam yang ditulis dalam naskah yang tergolong dalam Kitab Kunit tersebut diduga telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, terutama  sepanjang perjalanan proses Islamisasi di Indonesia.
Untuk mengidentifikasi dan memahami  proses  hadirnya pernaskahan Kitab Kuning dan yang sejenis di dunia Pesantren di Jawa,  paling tidak  dapat dirunut melalui beberapa periode penting, antara lain yaitu pada  masa awal kelahiran pusat kerajaan Islam di Pesisir Utara Jawa (Demak, Cirebon, Banten) pada abad ke 16; pada  masa  kerajaan Islam Mataram pada abad 17-18; masa pemerintahan kolonial  Belanda pada abad ke-19/ awal abad ke20; dan pada masa kemerdekaan. Periodisasi yang didasarkan pada masa pemerintahan politk  ini di dasarkan atas dasar pertimbangan adanya hubungan antara kelahiran kelembagaan Pesantren dengan pusat-pusat sejarah (histrorical centers) politik (puat kerajaan Islam, pemerintahan penjajahan, dan pemerintahan pasca penjajahan) pada zamannya. Mengingat adanya bungan interaktif antara keduanya,  maka keberadaan pernaskahan yang memuat  tradisi keilmuan agama Islam sesungguhnya bisa ditemukan selain di dunia Pesantren, juga di dalam dunia istana kerajaan Islam (Demak, Cirebon, Banten, Mataram) dan Arsip Pemerintahan Kolonial Belanda,  dan Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional Indonesia, dan lembaga yang sejenis. 
Secara ringkas pernaskahan tersebut di atas dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pernaskahan Pesantren pada Masa/Awal Kerajaam Islam di Jawa di Pesisir Utara Jawa, sekitar abad ke-15/16
Pernaskahan tradisi keilmuan agama Islam pada periode ini secara umum lahir pada masa awal berdirinya  pemerintahan kerajaan Islam  yang berpusat di Pesisir Utara Jawa, yaitu di Demak, Cirebon. Dan Banten. Periode dikenal sebagai periode kelahiran raja Islam yang bergelar Sultan sebagai  penguasa politik negara Islam (Umaroh) bersama dengan Ulama, yaitu yang dikenal sebagai para Wali, bertanggungjawab dalam penyebar-luasan agama islam di Jawa Pusat-Pusat peganjaran Islam selain di pusat istana, tersebar di pusat kediaman para Wali, seperti Gresik, Giri,  Tuban, Murya, Kudus, dan lainnya. Pada pusat-pusat perguruan tersebut tranasmisi ajaran Islam brlangsung dan penulisan dan penyebaran  naskah kitab-kitab keilmuan mulai berkembang, melalui para Wali, sebagai mubalig utamanya.  Sekaligus para penulis naskah Kitab Kuning yanga awal tersebut adalah para Ulama / Wali yang memimpin  perguran Islam  di tempat tersebut diatas, yang dapat dipandang sbagai cikal bakal “Pesanten” pada masa kemudian. Naskah-naskah “Pesantren” awal ini pada masa kemudian sangat berharga sebagai   warisan budaya intelektual dunia Pesantren Pesisir Utara Jawa..
Beberapa naskah keilmuan agama Islam yang penting yang lahir pada masa itu  di antaranya ialah, naskah ‘Naskah Wejangan Sheh Bari” ( Drewes, 1969); “Kitab Sunan Bonang” (Schrieke, 1916); Een Javaanse Primbon uit de zestiende eeuw (De Goeje Foundation, 1954); Een Javaansche Primbon uit de zestiende eeuw (Kraemer, 1921.); dan berbagai naskah lain termasuk karya-karya Suluk (tasawuf, mistik Islam), serta karya-karya Sastra Religius Pesisiran.  

2. Pernaskahan Pesantren pada Masa Kearajaan Mataram (Abad ke 17-18).
Pernaskahan keilmuan agama Islam  pada abad ke-17-18 yang berkembang pada masa Kerajaan Islam Mataram (Kota Gede, Kerta, Plered, Kartasura, Surakarta) dapat dirunut antara yang berkembang di pusat istana dan di Pesantren. Di pusat istana, misalnya, dapat didentifikasikan dengan lahirnya ajaran Mistik Islam yang termuat dalam  Sastra Gending’, karya Sultan Agung (1613-1645);  Carita Sultan Iskandar, Serat Yusuf, dan Kitab Usulbiyah; Suluk Garwa Kencana ( Ricklefs, 2006; 1998) dan Serat Cabolek  (Soebardi,1975).

3. Pernaskahan Pesantren pada Abad ke 19/ awal Abad ke 20 : Masa Kolonial.
Pernaskahan keilmuan agama Islam  pada abad ke-19 /awal abad ke 120, yang berkembang pada Masa Kolonial Belanda, di antaraya ialah naskah-naskah Centhini yang ditulis pada awal abad ke-19; dan karya-karya Kitaab Kuning yang berkembang di Pesantren di Jawa., seperti yang tersebut di atas.
Banyak karya naskah Pesantren yang ditulis oleh K.H. M.Shaleh Darat Al’Samarani. Diantaranya patut disebut di sini ialah Tafsir Faidl Al-Rahman Fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik Al-Dayyan. Beberbagai naskah Peantren juga dapat dirunut di Koleksi Pepustakaan Nasional Jakarta.

4. Pernaskahan Pesantren pada Masa Kemerdekaan
Berbagai karya tulis pernaskahan Pesantren pada masa kini bisa diteliti dan dikumpulkan dari berbagai sumber langsung dari Pesantren yang bersangkutan maupun  dirunut  dari berbagai penerbitan dan koleksi  perpustakaan  di Indonesia.













DAFTARA BACAAN

Bruinessen, Martin van. Kitab Kuning. Pesantren dan Tarekat. Tradisi Islam di
              Indonesia. Bandung:Penerbit Mizan, 1999. Terbitan ke III.

De Goeje Foundation. Een Javaanse Primbon uit de zestiende eeuw (Leiden: E.J. Brill,
               1954.

Drewes, G.W.J. The Admonitions of She  Bari. A 16th century Javanese Muslim text
               attributed to the Saint of Bonang. The Hague: Martinus Nijhoff, 1960.


 Kraemer, H. Een Javaansche Primbon uit de zestiende eeuw. Leiden, 1921.

Ricklefs, M.C. Mystic Syntheses in Java. History of Islamization from the Fourteenth
                      to the Early Nineteenh Centuries. Norwalk: EasBridge,  2006.

__________The Seen and Unsee Worlds in Java. History, Literature and Islam in
                      Court of Paku Buwwana II. Honolulu: Allen & Unwin, Universiy of
                       Hawaii,  1998.

Schrieke, B.J.O. Het Boek van Bonang. Disertasi. Leiden, 1916.

S. Soebardi. The Book of Cabolek. He Hague;  Martinus Nijhoff, 1975.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar