KHALIFATUL ARDHI
( Pemimpin Di Muka Bumi )
"Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
di muka bumi, karena itu barang siapa yang kafir, maka akibat kekafirannya
itu menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran dari orang-orang yang kafir tidak
lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya. Dan kekafiran orang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian belaka" (QS. : Fathir
: 39).
Dari
semenjak kejadian manusia pertama (Abul Basyar) bapak dari semua
manusia, yakni Adam Alaihisalam. hingga kini sudah ratusan bahkan jutaan
ribu umat datang merantau ke planet bumi. Dan tidak seorangpun diantara mereka
yang akan tinggal tetap di dunia ini selamanya. Semuanya telah kembali ke
hadirat Ilahi Robbi. Di dalam perantauannya itu, mereka telah
meninggalkan banyak bekas di laut dan di bumi. Semoga keberangkatannya
itu akan menjadikan suatu pelajaran yang tidak ternilai untuk kita yang
sekarang ini masih dalam keadaan bernafas. Dan mudah-mudahan kita semua
tidak mengulangi perbuatan buruk yang sudah menjadi milik sebagian mereka.
Hendaklah
melekat di dalam ingatan bahwa setiap diri manusia berasal dari Allah, dan pada
hakikatnya manusia itu tidak memiliki apa-apa. Semua yang ada di alam dan pada
diri kita, bahkan manusia itu sendiri adalah milik atau harta kepunyaan Allah.
Terbukti ada jasad tanpa ruh, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa. Maka hayatilah
dan syukurilah, hidup itu saja sudah merupakan nikmat dan rahmat
Allah. Sedangkan panca indera - ilmu- harta-dan kedudukan adalah amanah
yang diberikan Allah kepada manusia, yang sewaktu-waktu akan diambil kembali
sesuai dengan ketetapanNya. Manusia hanyalah memperoleh barang titipan
semata, ia diberi hak penuh untuk dipergunakan selama dalam perantauannya
di bumi. Maka jika ia ingin menghitung-hitung berapa banyak rahmat dan nikmat
Allah yang dianugerahkan kepadanya, pastilah ia tak sanggup menghitungnya (tak
dapat dihitung saking banyaknya). Seperti tersebut dalam Al-Qur'an -
Al'Karim : "Sesungguhnya KAMI telah menempatkan kamu sekalian di
muka bumi dan KAMI adakan di muka bumi itu sumber-sumber penghidupan, tetapi
amat sedikit kamu bersyukur" (QS. Al'Araaf : 10).
PANDANGAN ILMUWAN TERHADAP PENCIPTAAN MANUSIA
Sejarah
sudah mencatat bahwa ada beberapa ilmuwan yang menggemparkan isi dunia dengan
komentarnya mengenai pendapat dan pandangannya terhadap proses terciptanya
manusia. Seperti misalnya : "Bisthov Rayeer dan Haecke",
pemuka ilmu biologi yang terkenal di jamannya, pada abad ke 16 , mereka berdua
adalah penganut aliran "Animmalmus", mereka mereka mengatakan :
bahwa "manusia itu tergolong pada jenis hewan, tetapi sangat musykil
susunannya." "Charles Robert Darwin" yang terkenal
dengan teorinya pada abad ke 14, berkomentar mengenai diri manusia dan yang
sekaligus mempertegas ucapan/komentarnya Bisthov Rayeer dan Haecke tersebut, ia
mengatakan bahwa : "manusia termasuk dirinya berasal dari monyet
(orang utan) dengan evolusi, berubah bentuk dan akalnya menjadi manusia
sekarang ini" Ucapannya ini telah membuat seisi dunia menjadi
terheran-heran dan mungkin para malaikatpun turut tercengang dibuatnya. "HOLBAGH",
yang hidup sebelum jamannya Darwin, yakni : pada abad ke 18, ia adalah seorang
ahli filsafat terkemuka pada masa hidupnya dan seorang penganut aliran "Naturalismus"
yang fanatik. Iapun pernah mengomentari tentang hal ikhwal manusia dalam proses
terciptanya yakni : "Manusia adalah hasil ciptaan alam tanpa
Tuhan", ucapan ini sebenarnya lebih parah dari ucapan Darwin,
karena ia melibatkan nama Tuhan di dalamnya.
Jika
kita melihat hasil komentar dari beberapa khalifah (pemimpin)
tersebut diatas yang telah diberikannya kepada mereka suatu anugerah yang besar
dan tak ternilai dari Tuhan semesta alam berupa ilmu/akal-kecerdikan dan
kecerdasan pengetahuan yang luas yang tidak semua orang dapat memilikinya,
mereka pada dasarnya diberi kebebasan dan berhak untuk
menilai-menimbang -menyelidiki dan mengomentari. APA DAN BAGAIMANA
SEBENARNYA MANUSIA ITU ? Akan tetapi apakah benar bahwa manusia itu
tergolong jenis hewan … ?, dan apakah benar, bahwa manusia sebenarnya adalah
hewan itu sendiri … ? . Serta benarkah alam dapat menciptakan manusia dengan
tanpa keterlibatan Tuhan di dalamnya …?
Hasil
penyelidikan (research) manusia sebagai khalifah (pemimpin)
mengenai alam dan diri manusia, dari dahulu sampai sekarang selalu menjadi
bahan pembicaraan dan perbincangan manusia dari berbagai lapisan (kalangan).
Dari hasil penyelidikan dalam ilmu hayat dikatakan bahwa, segala
macam atau jenis rumput- biji-bijian - buah-buahan dan apa saja yang dimakan
oleh hewan, ternyata manusia juga memakannya. Memang dalam hal ini
tidak bisa kita pungkiri, bahwa adanya persamaan sifat, tabiat atau kelakuan
antara manusia dan hewan, yaitu apa-apa yang disenangi oleh hewan, manusia
tak ketinggalan untuk menirunya. Bahwa ada beberapa jenis hewan yang
memiliki sel darah, urat dan tulang belulang yang hampir tak ada bedanya dengan
apa yang dimiliki oleh manusia. Mungkin berdasarkan fakta sejarah bahwa
hewan-hewan lebih dahulu diciptakan Tuhan dan menempati planet bumi ini
daripada manusia, maka orang-orang berpikiran bahwa : "Tuhan itu
tidak ada" dan mengatakan bahwa : "manusia itu berasal dari
hewan", dan mungkin juga berdasarkan hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa antara hewan dan manusia itu biologisnya sama !!. Maka dalam
falsafah materialisme dan komunisme dikatakan bahwa : "
manusia itu adalah hewan yang berakal …!" dengan kata lain, manusia
telah diperhinakan, direndahkan harkat derajat dan martabatnya oleh sebagian
manusia juga. Sedangkan Allah dan Nabi-Nabi Nya telah mengangkat manusia
kepada tingkat yang lebih tinggi lagi mulia. Jadi kesimpulannya mereka (para
ilmuwan) hanyalah menduga-duga saja tentang ciptaan Tuhan. Seperti tersebut
dalam Al-Qur'an : "Jika kamu menuruti kebanyakan orang (kafir) di muka
bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah, mereka tidak
lain hanyalah mengikuti duga dan sangka belaka." Dan mereka tidak lain
hanyalah berdusta "(QS. : Al-An'am : 116 ). Dan kebanyakan
mereka tidak mengikuti kecuali perasangkaan saja, sesungguhnya sangka-sangka
itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan (QS.: Yunus : 36).
MANUSIA DINILAI DARI SUDUT PANDANG ISLAM
Islam
memberitahukan bahwa Allah telah menetapkan manusia menjadi khalifah (pemimpin)
di muka bumi untuk mendidik manusia supaya ikhlas mentaati setiap peraturan
dan undang-undang, baik yang datang dari Allah ataupun dari Nabi-Nabi dan yang
datang dari Negara atau Pemerintahan yang sah. Islam memberi pengajaran dan
pendidikan kepada manusia dari jaman dahulu sampai dengan generasi terakhir
yang mempusakai dunia, agar masing-masing mengenal diri dan meyakimi dengan
jiwa raganya bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah pencipta, dan bukan diciptakan.
Islam mendidik manusia agar setiap diri mau bersyukur atas limpahan rahmat dan
karunia Allah SWT, yang tak terhingga banyaknya atas mereka. Sehingga hidup
akan penuh dengan kebaktian ( ibadah) hanya kepada Allah dengan tanpa
perantara. Islam mendidik manusia agar berani menegakan kebenaran, kebaikan,
kejujuran dan keadilan dan peringatan keras terhadap Orang-orang yang melanggar
batas ketentuan Tuhan Yang Maha Esa maupun ketentuan Negara (Hukum Negara)
dan sesama makhluknya. "Dan sesungguhnya KAMI (Allah) yang menciptakan
manusia. KAMI mengetahui apa-apa yang dibisikan oleh hatinya. Karena KAMI lebih
dekat kepadanya dari pada urat lehernya sendiri " (QS:
Al-Qaf:16). Allah mengetahui apayang masuk kedalam Bumi dan apa yang
keluar dari padaNya. Mengetahui apa yang turun dari langit dan apa yang naik
kepadaNya. Dan DIA bersama Kamu dimana saja Kamu (manusia) berada. Allah maha
melihat apa yang kamu kerjakan. (QS:Al-Hadiid:4).
MANUSIA DALAM PENJAJAHAN HAWA NAFSU
Sebagian besar manusia perhatiannya sangat tertarik pada larangan, karena enggan melakukan yang disuruh
Tuhan. Sangat terpengaruh kepada harta benda kekayaan duniawi, karena
mengabaikan kebutuhan rohani. Nekad melakukan yang buruk lagi tercela
karena tergoda oleh setan dan tergoda oleh manusia yang durhaka. Ingkar kepada
petunjuk Tuhan lalu melibatkan diri ke dalam syirik. Bebicara seperti
orang latah, karena lidah tidak disesuaikan dengan isi kitab Allah dan
tuntunan Nabi. Kurang rasa malu karena iman tidak bersinar didalam qolbu
(hati). Suka melanggar peraturan tanda kelemahan iman didalam dada. Yang
haram dihalalkan - yang salah dibenarkan. Seperti yang di firmankan Allah
dalam Al-Qur'an : " Dan siapa-siapa yang memberi pertolongan dalam
usaha-usaha kebaikan, niscaya dia akan memperoleh bagian dari padaNya. Dan siapa-siapa
yang memberi pertolongan dalam perkara kejahatan (baik terhadap Allah maupun
terhadap Manusia), niscaya dia akan memikiul sebagian tanggung jawab mengenai
dosanya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS:An-Nisa:85).
Negara
kita berdasarkan azas KETUHANAN YANG MAHA ESA, dan ini merupakan suatu
tuntunan suci, agar setiap orang itu dapat membebaskabn dan menolong dirinya
dari penjajahan hawa nafsu - dogma dan pengaruh buruk lingkungan. Disamping
itu agar manusia berusaha menanamkan satu itikad yang keras membaja tentang
wahyu Illahi yang menyebutkan bahwa Allah itu Maha Suci dari sifat buruk yang
manusia berikan kepadaNya. Dzat yang suci itu menyebut dirinya: "Al-Khalik".
KHALIK menciptakan alam termasuk manusia, karena alam diciptakan olehNya,
maka dinamakanlah alam ini "MAKHLUKNYA". Makhluk itu sendiri
ada yang kelihatan mati, tidak bernyawa, misalkan saja "Batu-Tanah-Emas-Perak-Besi-Timah"
dan lain-lain. Walaupun pada hakikatnya mereka itu sebenarnya hidup. Yaitu
sebagaimana telah dibuktikan oleh Ilmu Pengetahuan Alam, bahwa setiap benda
terdiri berjuta-juta molekul. Molekul terdiri atom. Atom terdiri dari elektron
dan proton. Elektron ternyata hidup dan tetap berputar mengelilingi proton
dengan kecepatan : 300.000.000. m/detik. Dengan melihat kenyataan ini semua,
terjadilah suatu kesimpulan bahwa tidak ada istilah benda mati, baik di dalam
istilah ilmu pengetahuan maupun didalam pandangan didalam Islam sendiri.
Disamping itu ada mahluk nyata hidup bernyawa, misalnya : Jin - Malaikat -
Manusia - Hewan dan Tumbuh-tumbuhan. Diantara seluruh mahluk Tuhan ini,
maka manusialah yang paling kompleks - ruwet atau musykil. Hal ini diakui oleh
ilmu pengetahuan, falsafah dan Islam, karena sebagian besar manusia itu pada
dasarnya tidak mau beriman - bersyukur dan beribadat kepada Tuhannya. Ia
(manusia) lebih cenderung untuk mempersolek lahirnya daripada batinnya, yang
sebenarnya menjadi pusat penilaian Allah atas hamba-hambanya. " YANG
DEMIKIAN ITU ADALAH KARENA SESUNGGUHNYA MEREKA MENGIKUTI APA YANG MENIMBULKAN
MURKA ALLAH DAN MEMBENCI APA YANG MENIMBULKAN RIDHONYA, MAKA ALLAH MENGHAPUS
PAHALA AMAL-AMAL MEREKA" (QS. : Muhammad : 28).
"
DAN SIAPA-SIAPA YANG BUTA DI DUNIA, MAKA NANTI DI AKHIRATPUN AKAN BUTA
PULA, BAHKAN LEBIH SESAT JALANNYA" (QS. Al-Isra : 72).
SIKAP KEPEMIMPINAN MANUSIA
Sesungguhnya
di setiap masa dan jaman didapati ada manusia yang beruntung dan ada pula
manusia yang merugi. Sudah tercatat dalam sejarah dan dalam kitab suci, bahwa
di sepanjang jalan kehidupannya manusia itu senantiasa mengalami rugi. Jika
tidak rugi harta benda ia pasti akan menemui kerugian lainnya. Baik itu rugi
waktu - rugi penglihatan - rugi pendengaran atau rugi akan amal perbuatan.
Diatas segala-galanya itu adalah bagi yang enggan beriman, karena ingkar
kepada petunjuk Tuhan, yang menyebabkan timbul penyesalan di hari kemudian.
Hal ini sudah berulangkali dijelaskan oleh Tuhan di dalam Al-Qur'an. Maka modal
yang paling baik dan wajib dimiliki oleh setiap manusia adalah " IMAN
KEPADA ALLAH DAN HARI KIAMAT ". Memperbanyak amal ibadat agar
tehindar dari kutuk dan laknat. Modal inilah yang merupakan bekal, dan menjadi
pedoman bagi manusia-manusia dan yang merangkap pula sebagai pemimpin
(Pengayom) di muka bumi.
" Seorang pemimpin sejati akan selalu menyadari
bahwa : Segala sesuatu yang telah mencapai puncaknya, lambat tapi pasti akan
berkurang, hingga habis sama sekali "
Sebutan
atau jabatan seorang pemimpin adalah hal yang luar biasa sekali, yang
didapatnya hanya dari Allah SWT., sebagai suatu anugerah (pangkat) yang
besar untuk agar dapat digunakan sebagaimana mestinya, pada jalan yang diridhoi
Allah. Seorang pemimpin harus pandai mengatur hidup dan kehidupannya -
harus pandai mengatur (membagi) waktu - harus tahan uji, sabar dan tawakal -
dan harus bisa mengesampingkan urusan pribadi, baik itu menyangkut hati dan
perasaannya maupun terhadap orang-orang terdekat yang dikasihinya. Pemimpin
yang baik akan selalu tanggap terhadap situasi dan kondisi yang bagaimanapun
juga - ia harus pandai memelihara lidahnya - pandai mengatur langkahnya - dan
segala tindakan dan keputusannya harus selalu dilandasi "RASA
CINTA KASIH DAN KEBAJIKAN YANG LUHUR".
"Seorang pemimpin bijaksana yang mengetahui hukum
alam, akan dapat menyesuaikan hidupnya, hingga dapat selamat dan bahagia,
pikirannyapun akan tenteram dan damai".
LIMA LANGKAH YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN
Langkah
pertama adalah : TABAH
(Ketabahan)
"Tabah dalam menghadapi cobaan dan ujian dari Tuhan Semesta Alam,
melalui perantara manusia-manusia walau teramat berat sekalipun kita memikul
dan merasakannya ".
Langkah
kedua adalah : TEGUH
(Keteguhan)
" Teguh dalam pendirian dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi
situasi dan kondisi yang sangat sulit sekalipun. Karena tanpa ada keteguhan di
dalam jiwa seorang pemimpin, mana mungkin ia akan dapat memimpin sesuatu yang
sifatnya yang berskala besar".
Langkah
ketiga adalah : TEKUN (Ketekunan)
" Tekun didalam mengerjakan hal apapun yang ada kaitan dengan
kepemimpinannya, tekun dalam arti kata tidak mudah bosan (jenuh), dan
semua pekerjaannya itu harus dilakukan dengan rasa ikhlas dan ridho serta
dengan hati yang senang. Karena bagaimana mungkin seseorang itu dapat berhasil
dalam bidangnya jika semua pekerjaan yang dilakukannya itu tanpa ada ketekunan
dan hati yang senang didalamnya".
Langkah
keempat adalah : ADIL (Keadilan)
"Adil dalam arti kata tidak berat sebelah dan menginginkan segala
sesuatunya itu : sama rata dan seimbang, rasa keadilan ini hanya dapat timbul
dari suatu ketegasan hati dalam mengemukakan kebenaran, karena tidaklah mungkin
seseorang itu dapat berlaku adil, selama ia masih menyembunyikan sesuatu yang
benar di dalam hati dan perasaannya. Jadi garis besarnya adalah : seseorang itu
harus berani mengemukakan suatu kebenaran."
"ANGKATLAH KEBENARAN ITU KEPERMUKAAN WALAUPUN
BERESIKO DAN PAHIT HASILNYA, KARENA MEMANG ITULAH YANG HAQ, YANG SUDAH
SEHARUSNYA DAN LAYAK UNTUK DIKEMUKAKAN".
"Karena barang
siapa yang berusaha menyembunyikan sesuatu yang benar, maka laknatullah akan
turun kepadanya, tinggal masalah waktu saja".
Langkah
kelima adalah : YAKIN
(Keyakinan)
"Yakin bahwa segala sesuatunya akan membuahkan hasil positif dari
apa-apa yang telah dilakukan dalam masa-masa kepemimpinannya, karena pekerjaan
apaun juga tidaklah akan mungkin membuahkan suatu hasil yang mengenakkan, jika
tidak dilandasi oleh suatu Keyakinan yang kuat dalam mengerjakannya. Dan jika
keempat langkah tersebut sudah benar-benar terkuasai dan MENYATU - LEBUR -
LULUH dalam (diri) kehidupan seseorang, maka ia harus yakin (haqqul
yaqin), bahwa saat ini ia adalah seorang KHALIFATUL ARDHI SEJATI. Dan
Allah SWT. telah menjanjikan SURGA, yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai bagi seorang pemimpin yang BAIK - JUJUR - RENDAH HATI - tidak
bertindak sewenang-wenag - mau menanggapi nasehat dan saran-saran dari
bawahannya yang jujur dan setia - jangan suka memanfaatkan situasi. Tidak
mencari kesempatan didalam kesempitan dan selalu memperhatikan bawahannya,
dengan RASA CINTA KASIH, DAN RASA TANGGUNG JAWAB YANG TINGGI
dengan berlandaskan : "KEBAJIKAN YANG LUHUR DAN TANPA ADA PAMRIH
DIDALAMNYA".
"Lihatlah kepada orang yang dibawah kamu,
janganlah selalu melihat kepada orang yang diatas kamu. Yang demikian itu
adalah lebih baik dan layak untuk tidak merendahkan nikmat Allah kepada
kamu".(Al Hadits)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar