METODE SPIRITUAL
Samidi Khalim
Balai Litbang Agama Semarang
email: samidi.khalim@yahoo.co.id
"Barang siapa hidup tanpa dorongan keinginan egoisme, maka ia termasuk orang yang pandai mengatur
hidupnya"
Lintasan sejarah dalam
cakrawala kehidupan manusia sesungguhnya melalui perjalanan spiritualnya untuk
menuju sumber kebahagiaan dan persatuan yang hanya dimungkinkan oleh daya
penglihatannya yang tajam terhadap realitas surgawi dibalik bentuk keduniawian,
karena eksistensi segala sesuatu adalah identik dengan hubungan antara wujud
khusus dengan Yang Maha Wujud, sehingga eksisten-eksisten hanya menjadi ada
dalam hubungannya dengan yang Maha Mutlak. Manusia menjalin sejarah-sejarah dan
perumpamaan dengan formulasi doktrin dan praktik ibadah secara langsunbg yang
meliputi seluruh eksistensi manusia dan berbagai persoalan serta rintangan-rintangan
dalam pencariannya terhadap yang Maha Benar, yakni ; Sebuah pencarian yang
juga berarti sebuah perjalanan yang bermula dari sesuatu yang membingungkan
jiwanya sendiri menuju pusat dunia yang berkilauan dengan dalih surgawi yang
mensucikan hatinya.
Ekspresi universal
kehidupan dan jalan inisiatik manusia dimungkinkan oleh tingginya tingkatan
dari suatu keinginan untuk mencapai tangga-tangga kepuasan diri yang bersifat
lahiriah atas segala sesuatu. Baik itu kepuasan dalam berkarya, kepuasan dalam
meniti karier dan jabatan, serta kepuasan dalam bidang kehidupan dunia lainnya,
karena tiada satu aspekpun dari perbuatan manusia yang sudah merasa cukup puas
dengan apa-apa yang telah dilakukannya. Pada dasarnya sifat asli dari manusia
selalu ingin mendapatkan sesuatu yang "TER" (terpandang -
terpandai - terkuat - terhebat dan ter sebagainya). Hasrat keinginan yang
"TER" inilah yang akan menuntun manusia untuk berupaya dengan
berbagai cara dalam meraih suatu cita-cita dan pengharapan yang berkobar, laksana sumber api
yang membakar dan menjalar secara perlahan untuk membakar semua penghalang yang
merintangi perjalanan cita-cita dan pengharapannya.
Manusia mempunyai lebih
banyak waktu senggang di siang hari dari pada waktu untuk menunaikan perintah syariah
. Perintah-perintah tersebut meliputi shalat - puasa - haji dan
sebagainya; Sedangkan aktivitas lainnya seperti mencari mata pencaharian atau
mengurus keluarga, juga merupakan kewajiban religius selama dikerjakan sesuai
dengan syariah . Namun sudah menjadi sifat manusia, bahwa
manusia cenderung melupakan Tuhan dalam berbagai aktivitas, mulai dari
transaksi ekonomi, sampai mengisi waktu senggang. Dalam kosmologi Islam
disebutkan bahwa ; nafsu keinginan manusia itu tidak akan
pernah terpuaskan sebelum ia berdiri di puncak kekuasaannya. Dalam pengertian
universalnya nafsu keinginan seseorang untuk mencapai tujuannya dijadikan
kriteria ampuh pada proses pencapaian tersebut, beserta hasil-hasilnya, karena
tiada yang otentik manusiawi jika tidak memiliki kwalitas tersebut. Sepanjang
nafsu keinginan manusia itu tidak membahayakan dan tidak merugikan manusia
lainnya, maka pada hakikatnya merupakan saksi pengejawantahan Yang Maha Esa
dalam yang banyak, dan memungkinnya untuk merasakan kebahagiaan yang tak terperikan
dari kedekatan dengan Yang Maha Esa. Sedangkan nafsu keinginan yang tanpa batas dan tak pernah puas
pada diri manusia akan banyak menimbulkan bencana pada suatu negeri, dan nafsu
keinginan yang tanpa batas ini pula-lah yang akan memecah belah persatuan
dan kesatuan bangsa. Orang-orang bijak masa lampau mengatakan : Tak ada bencana yang lebih besar selain nafsu keinginan yang egois.
Tidak jarang manusia
memiliki nafsu keinginan tanpa batas itu akan melakukan hal apapun dengan
berbagai cara, yang harampun akan menjadi halal dalam hati dan fikirannya,
yang salah akan terlihat benar dalam pandangannya. Hal ini dapat terjadi
karena jiwa dan fikirannya telah kosong, dan kekosongan itu sendiri kemudian
dengan cepat dipenuhi oleh kekacauan, kegaduhan dan kebiasaan terburuk dari
dunia modern sebagaimana yang dialami oleh banyak orang sekarang ini. Sebagai
akibat hilangnya satu bagian dari jiwanya, ia bukan saja mengalami kegagalan
dan kerugian, namun iapun telah kehilangan keyakinan diri sama sekali. Jiwa dan fikiran
muslim tradisional selalu dijiwai oleh kekayaan khazanah Islam tradisional. Yang terus tersedia,
pertama oleh sikap-sikap yang bersumber dari ayat Al-Qur’an, dan kedua dari
peribahasa bentuk-bentuk visual yang aspek-aspek keseluruhannya memantulkan etos
Islam yang terdalam. Ketika seorang muslim tradisional berbicara, maka
syair-syair yang keluar dari bibirnya selalu menegaskan nilai-nilai Islam.
Jiwanya benar-benar merasakan sejuknya ketenangan sebuah masjid atau rumah
(tempat) dimana ia tinggal ; sementara pendengarannya
yang terbiasa dengan keindahan surgawi dari tilawah Al-Qur’an yang menggemakan
seluruh kehidupan manusia untuk mengingatkannya akan kehadiran Tuhan kemanapun
ia melangkah pergi. Bagi orang yang senantiasa ingat kepada Allah, Islam selalu
menjadi pendorong yang sangat bernilai bagi kehidupan spiritualnya dan sarana
untuk agar dapat merenungkan realitas Tuhan (Al Haqa’iq). Orang yang
mengetahui kebenaran inilah yang akan terpelihara dan terjaga dari pembangkitan
nafsu-nafsu hewani. Secara esoteris Islam menjadi sarana untuk mengubah
perasaan dan jiwa dalam pembentukan moral manusia. Dia akan mengetahui
siapa yang berada disana, dan mereka yang berada disini tidak akan mengetahui
eksposisinya. Ajaran ini bukanlah untuk yang masih mentah yang akan mudah
terjerumus ke dalam lembah keragu-raguan, dan bukan bagi orang asing yang
terdampar karenanya. Sebab ini adalah warisan Musa, rahasia Isa, semangat Adam,
kesungguhan persahabatan Ibrahim, ratapan Ya’qub, penderitaan Ishaq, hiburan
Ismail, kekuatan Dawud, obat penawar Ayub, ketakutan Yunus, kerinduan Yusuf,
kemegahan Sulaiman dan ketulusan hati Muhammad Saw; semoga Allah Yang Maha
Pengasih melimpahkan kesejahteraan kepada mereka semua.
Dengan
bantuan doktrin dan metode spiritual, manusia mampu memahami siapa dirinya
dengan meninggalkan apa saja yang menyesatkannya untuk mengetahui hakikat
dirinya, dan mampu membawa manusia meraih ketentraman dan kedamaian yang
tersembunyi di pusat wujudnya, serta pencapaiannya dapat dilakukan setiap orang
pada setiap kesempatan, ia dapat pula membebaskan manusia dari prahara yang menghancurkan
dari kehidupan ini, dari kericuhan dunia eksternal tanpa perlu meninggalkan
dunia itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar