CAHAYA KEADILAN
" Hai
orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan
(kebenaran), karena Allah menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Q.S. : Al - Maa’idah : 8)
Keutuhan alam Islami tidak hanya berkaitan dengan kesatuan
kosmos dan apa yang ada di balik alam dengan kesatuan prinsip ketuhanan itu
sendiri, melainkan juga dengan kesatuan hidup individual masyarakat yang diatur
oleh hukum Ilahi (Al-Syari’ah). Dengan menolak untuk membeda-bedakan
antara yang suci dan yang profan, dengan mengintegrasikan agama pada seluruh
segi kehidupan serta memasukkan kehidupan itu sendiri kedalam irama-irama
ibadah dan tatanan nilai yang ditentukan oleh agama. Islam menciptakan suatu
keutuhan dalam berbangsa dan bernegara yang direfleksikan dalam bentuk kasih
sayang terhadap sesama. Alam Islam tradisional bukan hanya menjadi pusat
kegiatan religius dalam pandangan sebagian orang, melainkan juga seluruh
kehidupan masyarakat, yang meliputi kegiatan kultural, sosial, dan politik
serta kegiatan ekonomis. Pembauran kualitas kekuatan dan aliran berbagai elemen
semua diungkapkan dan ditonjolkan oleh alam Islam tradisional untuk
mengingatkan setiap muslim akan ajaran Tuhan yaitu dalam bentuk alam semesta
yang benar-benar muslim atau tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat
dan hukum alamnya sendiri-sendiri serta jauh dari adanya percobaan untuk
melawan dan menantang alam dan irama-iramanya, alam Islami tetap selalu selaras
(Tanasub) dengan lingkungannya dan senantiasa melakukan perubahan untuk
menciptakan lingkungan yang manusiawi, menjauhi pengingkaran titanis melawan
hukum alam yang menjadi ciri manusia berbudaya dan berkepribadian serta
menjunjung tinggi perikeadilan.
SURI TAULADAN NABI S.A.W.
Kita telah menyaksikan berbagai kemajuan, kegiatan usaha
perbaikan, kemakmuran pembangunan yang sangat berguna bagi masyarakat telah
berjalan dimana-mana. Diantara berbagai golongan telah bekerja untuk
kemaslahatan Bangsa. Para cerdik pandai telah melaksanakan berbagai usaha dan
bangunan yang menuju perbaikan budi pekerti dan ilmu kepandaian modern.
Ringkasnya semua gerakan kemajuan dan kebangkitan itu tak lain adalah untuk
kejayaan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia ini. Kita menghaturkan puji dan
syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas jasa kaum ilmuwan dan para
cendikiawan yang berjasa itu. Akan tetapi kita tentu tidak bisa melupakan
bahwasanya Nabi pembawa risalah Tuhan, adalah orang yang berjasa besar dalam
melakukan perbaikan akhlak dan moral - hati yang jahat dan penuh kedengkian
itu, serta pembunuh kuman yang membawa bibit kemaksiatan, mencuci jiwa daripada
kekotoran hawa nafsu ; keserakahan (tamak) dan tingkah laku yang keji.
Jadi benarlah apa yang dikatakan kaum bijak masa lampau bahwa ; " Jiwa yang
penuh nafsu itu akan selalu membuat ribuan alasan, untuk menghindari diri dari
jilatan api penyucian."
Begitu
mudahnya manusia melupakan ajaran -ajaran baik yang akan dapat menuntunnya
kearah perbaikan dalam hidup dan kehidupannya sendiri, hingga larut dalam
bahaya kesombongan yang disebabkan oleh pembenaran diri dalam kehidupan
beragama dan berbagai unsur lain, karena nafsunya telah mengingkari atas semua
pemberian dan anugerah Tuhan kepadanya. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an :
" Hai kaumku bagaimanakah kamu ..! AKU menyeru kamu
pada keselamatan tetapi kamu menyerukan ke neraka…?!" (Q.S. : Al-Mu’min :
41).
Pada masa kini kita lihat sebagian majelis pembikin
undang-undang yang katanya bernama legislatif dari negeri yang telah maju,
tidak berhenti membikin dan mengganti undang-undang serta melakukan bongkar
pasang alat pemerintahan negara sewaktu-waktu jika dikehendaki. Sikap demikian
dilakukan oleh pemangku pemerintahan, karena mereka ingin tetap bercokol terus
dalam jabatannya. Mereka tertarik dengan kegemerlapan cahaya harta kekayaan
dunia, dan bertambah lagi dengan adanya korupsi dan manipulasi dikalangan
pejabat sendiri. Mereka tidak memperhatikan lagi kemaslahatan manusia dan
keselamatan rakyat yang diperintah. Demikianlah kalau kita perhatikan daripada
tingkah laku dan tindakan sebagian orang besar dari tingkat atas di alam dunia
ini. Padahal mereka adalah orang yang menjadi tempat bergantung segala harapan
manusia untuk memperbaiki nasib kehidupan masyarakat serta membimbing orang ke
arah petunjuk yang sebenarnya. Tetapi betapa kecewa dan menyesal kita melihat
hal ikhwal dan perjalanan orang besar itu. Buyarlah cita-cita dan putuslah
harapan kepada NYA.
Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada
taraf realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram, serta semakn samar dalam
tingkat kosmos yang semakin rendah apabila pandangan kita tujukan kepada suatu
penjuru bumi, dimana tampak keadilan dilaksanakan orang dan sifat belas kasihan
telah dapat diantara berbagai kalangan serta kita lihat suatu golongan hidup
bergaul dengan ketentraman. Yang kaya suka menolong orang yang miskin, yang
berkuasa tidak melakukan kedzoliman terhadap yang lemah. Keadaan demikian
tentulah menunjukan bagi kita bahwa kebajikan itu, adalah pelajaran dari
kalangan orang-orang suci yang dinamakan Nabi atau Rasul. Karena
sesungguhnya hati nurani setiap orang merindukan cahaya yang merupakan simbol
kehadiran Tuhan. Simbol akan kedamaian dan kesejahteraan serta simbol
seorang pemimpin bangsa yang disimbolkan menurut Al-Qur’an bagaikan pohon alam
semesta ; akarnya kuat menghujam kedalam bumi dan cabang-cabangnya
menjulang keangkasa. Yang merupakan salah satu simbol yang sangat universal tentang manifestasi
alam semesta dalam menuntun manusia agar hidup selaras dengan alam dimana
mereka tinggal. Seorang pemimpin bangsa sejati akan mampu mengekspresikan kesempurnaan
dan keragaman eksistensi manusia sebagai cara untuk mengungkapkan fakta, bahwa
dibalik setiap pengalaman dalam kepemimpinan akan membangkitkan kepekaan
terhadap kesadarannya akan kesucian dalam segala sesuatu, dan kecakapannya
dalam memberi petunjuk sebagai solusi spiritual, terhadap hampir setiap
permasalahan yang dihadapi manusia dalam berbagai masa dan keadaan, seperti
yang diajarkan Plato tentang keselarasan hidup bagi manusia, ia berkata:
" Kita diberkati oleh Tuhan dengan penglihatan dan pendengaran serta
keselarasan yang dicapai melalui renungan kepada-Nya oleh yang mampu
menggunakannya, secara intelektual, bukan membantu mencapai kesenangan yang
irasional yang pada saat kini disangka benar, melainkan untuk membantu revolusi
dalam jiwa untuk mengembalikannya ke tugas dan sesuai dengan dirinya".
Kini telah tampak bagi kita bahwa sebagian orang mengaku pemimpin, tetapi tidak
sanggup melaksanakan perbaikan bagi masyarakat atau memimpin manusia ke jalan
yang benar dan sempurna untuk dapat menciptakan masyarakat yang adil dalam
pemerataannya dan yang makmur merata. Pada kenyataan ini telah disaksikan oleh
sejarah bangsa-bangsa yang lampau dan pada masa sekarang ini bahwa mereka
memang bukan ahlinya dalam memperbaiki kehidupan ummat dalam menciptakan suasana
aman, nyaman dan tentram. Padahal ketiga faktor inilah yang
akan menjadi cikal bakal kesejahteraan ummat dibagian dunia manapun. Kemakmuran
suatu negara tidak menjamin kesejahteraan suatu bangsa, jika kemakmuran itu
sendiri tidak pernah merata, akan tetapi kesejahteraan suatu bangsa akan
membawa kemakmuran bagi negara dan bangsa. Kita telah
menyaksikan dari pentas yang berlaku di alam dunia, ada beberapa banyak raja
yang gagah perkasa memerintah berbagai negara, menguasai beberapa kerajaan dan
memperhambakan bangsa-bangsa. Berapa banyak benua yang mereka duduki, dan
berapa buah kota yang mereka hancurkan. Berbagai bangsa yang mereka tundukkan
dan berbagai golongan yang mereka jajah. Betapa banyak harta benda yang mereka
rampas, berapa banyak uang yang mereka hamburkan diantara rakyat tidak sedikit
yang mereka bunuh atau dicampakan kejurang kehinaan dan kesengsaraan. Tindak
tanduk mereka sama dengan apa yang firmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an : "
Sesungguhnya (kebanyakan) raja-raja itu apabila memasuki suatu negeri, mereka
binasakan itu dan mereka lakukan penduduknya yag mulia menjadi hina". (Q.S. : An-Naml : 34).
Ketakutan orang yang jahat dan berdosa terhadap ancaman pedang pihak kaum
penguasa paling banyak hanya dapat menjaga keamanan dan keselamatan
dijalan-jalan dalam kota, pasar dan kampung, sedang untuk memperbaiki hati dan
jiwa adalah diluar kemampuan mereka, dan mereka tidak membawa keselamatan yang
sejati. Bahkan sering terjadi sumber kejahatan dan pokok kemaksiatan terbitnya
dari pintu mahligai raja-raja dan benteng kerajaan. Tidak jarang bahwa
mula-mula terbitnya kedzoliman dan permusuhan, adalah dari pihak anggota
kerajaan sendiri, lalu menjalar ketengah-tengah masyarakat, sehingga
tingkah laku dan budi pekerti rakyat umumnya menjadi rusak binasa. Berbagai
kejahatan dan kemungkaran kian tambah menjadi, kerusakan moralpun menjalar
bagaikan virus yang mengeram dalam aliran darah, kehidupan menjadi tidak
seimbang karena nafsu keinginan yang tak terkendali dan yang tak mengenal batas
terus berkobar bagaikan nyala api yang tidak pernah padam. Maka benarlah
apa-apa yang dikatakan para bijak masa lampau bahwa :
Nafsu keinginan untuk memperoleh sesuatu dengan sifatnya yang tak mengenal
kepuasan, merupakan bencana terbesar di segala penjuru dunia. Peperangan -
pertikaian - permusuhan dan
segala kejahatan bersumber pada nafsu keinginan
menusia yang tidak mengenal kepuasan.
Dunia terdiri dari sesuatu yang terus menerus mengalir
atau menjadi, sedangkan yang belum menjadi hanyalah firman atau kalam Tuhan.
Yang jika direnungkan akan mengingatkan kita akan adanya hubungan antara Al-Qur’an
dan dunia alam, dan juga primordialitas wahyu Al-Qur’an yang kerap kali
menyatakan kesadaran terhadap proses penciptaan alam semesta. Kita telah yakin
bahwa tak ada sesuatu golongan dari pada manusia yang terhindar dari pekerti
yang rendah, telah terselamatkan dari jalan yang sesat, terpimpin dari hawa
nafsu yang rendah dan keji, kecuali karena pimpinan Nabi belaka. Mereka
(para Nabi) ialah orang yang tujuan hidupnya tak lain menganjurkan hukum
yang hakiki dalam masyarakat membimbing ke jalan yang lurus dan menyelamatkan
manusia dari prilaku yang hina dan rendah. Allah S.W.T telah membangkitkan Rasul
S.A.W untuk mengeluarkan manusia dari tempat yang gelap. Yaitu dari pada kegelapan
aqidah (kepekaan), kegelapan akhlak, dan kegelapan amal.
Membawa manusia kepada cahaya (nur), yakni : cahaya Iman, cahaya akhlak
yang mulia dan cahaya amal yang shaleh. Mewariskan orang-orang yang datang
kemudian, dengan sunnah yang harus diikuti segala manusia, baik rakyat
jelata atau raja. Dapat dikecap kebajikannya oleh orang-orang yang kaya atau
yang miskin. Diambil teladannya oleh segenap hamba-hamba Allah dari berbagai
kalangan suku, bangsa, dan bahasa. Perumpamaan teladan yang dibawa Rasul S.A.W
ialah : " Sebagai sumber mata air yang suci dan murni
ditengah-tengah kota". Semua orang dari berbagai golongan yang dahaga akan dapat
meminumnya dan menghilangkan haus dengan sepuas-puasnya menurut hajat dan
kebutuhannya. Manusia dianjurkan mengikuti jejak dan mencontoh tingkah laku Rasul
S.A.W, agar jiwa menjadi tentram, agar hati menjadi lapang dalam mengarungi
kehidupan yang selalu berubah-rubah, serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Nabi dan Rasul sudah lama tiada, akan tetapi teladan mereka
tidak akan pernah hilang sampai kapanpun, karena mereka memiliki penerus dari
generasi ke generasi yakni para kaum ulama. Banyak dari mereka (ulama)
yang juga secara intim berteman dengan para ahli politik akan tetapi bukan
dalam ketundukan serta kekuasaan duniawi serta kemegahannya, atau dalam
menyusun tulisan-tulisan atau pidato-pidato yang berisi sanjungan kepada yang
berkuasa. Mereka melainkan dalam memberikan petunjuk dan teladan spiritual
kepada para pemegang kekuasaan. Mereka (para ulama) tak ubahnya bagaikan
lentera suci yang menerangi alam kegelapan yang mengisi hidup dan kehidupan ini
agar lebih berarti dan terarah dalam membentuk manusia-manusia seutuhnya yang adil
dan beradab. Akan tetapi lentera suci itu ada yang ingin berusaha
memadamkannya agar dunia ini menjadi gelap gulita sehingga kekacauan, kejahatan
dan kemungkaran dapat bergerak bebas didalam kegelapan, Karena ada
sekelompok manusia yang memberontak terhadap Sang Pencipta, dan memainkan peran
Ketuhanannya dimuka bumi, tanpa menundukan dirinya kepada kehendak Sang
Pencipta itu sendiri.
" Hai orang-orang yang beriman
bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu, tak tetaplah bersiap siaga dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung "
(Q.S. : Ali Imran : 200).
REFORMASI
Seluruh bentuk adalah simbol, sebagaimana pandangan ahli
makrifat, yang dengan jelas menyingkapkan makna yang ada didalamnya. Tiada yang
pernah dapat mengetahui secara pasti apakah seseorang itu hanya berada pada
tingkat bentuk dan melupakan maknanya. Karena inilah ada kecenderungan atas
diri manusia untuk merubah setiap bentuk yang ada, hanya agar dapat mengetahui
apa dan bagaimana makna dari bentuk itu sendiri jika terjadi suatu perubahan
atas bentuk tersebut, seperti halnya perubahan bentuk (reformasi) yang
terjadi di negeri ini. Sebuah analisis telah mengungkapkan bahwa keinginan
seseorang untuk mengubah gaya hidupnya dan merubah jalan dan garis nasibnya
adalah sesuatu hal yang wajar dan manusiawi yang sekaligus merupakan fithrahnya
sendiri. Tidak ada larangan bagi manusia untuk merubah nasib dan jalan
hidupnya. Manusia berhak untuk hidup makmur, bahagia, dan sejahtera. Firman
Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an menyebutkan ;
" Sesungguhnya Allah tidak merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri ". (Q.S. : Ar-Rad : 11).
Merubah sesuatu bentuk menjadi bentuk yang lain boleh saja, asalkan kita
tahu dan yakin, bahwa apa yang kita rubah itu akan membawa kemanfaatan bagi
seluruh lapisan masyarakat luas, dan bukan hanya bermanfaat bagi segolongan
masyarakat saja, dan masyarakat yang lainnya tidak dapat merasakan
kemanfaatannya itu. Suatu perubahan yang bertujuan untuk mengangkat kemiskinan
suatu bangsa agar menjadi jaya dan makmur adalah merupakan tugas suci dan mulia
jika dilandasi kejujuran dan keikhlasan hati.. Karena
sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan
keresahan. Suatu perubahan yang bertujuan untuk menegakkan perikemanusiaan dan
keadilan atas suatu bangsa adalah merupakan perbuatan yang berani dan terpuji,
jika dilandasi kasih sayang dan kebajikan yang luhur. Karena
perbuatan dapat dikatakan benar jika tidak ada pamrih didalamnya. Akan
tetapi sangat disayangkan sekali, pada era reformasi ini masih saja banyak
tangan-tangan yang berbuat nista demi mencari keuntungan pribadi, mencari
kesempatan didalam kesempitan yang semakin marak, penonjolan diri kian terlihat
jelas. Pemanfaatan situasi pun semakin dipergencar, kebodohan dan kepalsuan
makin melebar saja. Rasa saling curiga mencurigai dan fitnah serta isu-isu yang
tidak jelas menjalar bagaikan wabah virus, jilat sana jilat sini… sikut sana
sikut sini.. , hujat sana hujat sini.. karena masing-masing ingin menyelamatkan
dirinya, dan merasa paling benar, paling hebat, paling pandai, paling bersih,
dan terkemuka di mata manusia lainnya.
Kondisi seperti inikah yang akan kita berikan pada bangsa
kita ….?!, kondisi seperti inikah yang akan kita perlihatkan pada dunia….?! Tidak
ada larangan atas manusia untuk melangkah, akan tetapi iapun harus tahu dimana
ia harus berhenti. Tidak ada yang dinamakan tingkah laku baik dan terpuji,
kecuali yang adil, seimbang diantara semua keadaan dan dapat meletakkan neraca
diantara kekuatan hati - kemauan yang berkobar. " Keadilan
tidak bisa dicari di puncak gunung, di dasar laut, di tengah
hutan atau di negeri lain. Akan tetapi keadilan itu harus dicari didalam
diri sendiri ". dan tidak ada yang mempunyai kelakuan mulia,
kecuali seseorang yang dapat mengendalikan nafsu ambisi pribadinya. Fakta dan
sejarah sudah mencatat bahwa sebagian besar manusia perhatiannya sangat
tertarik pada larangan, karena enggan melakukan yang disuruh Tuhan. Sangat
terpengaruh kepada harta benda kekayaan duniawi, sebab mengabaikan kebutuhan
rohani. Nekad melakukan yang buruk lagi tercela karena tergoda oleh setan dan
manusia yang durhaka ingkar kepada petunjuk Al-Khaliq lalu melibatkan
diri kedalam syirik, berbicara seperti orang latah, karena lidah tidak
disesuaikan dengan isi kitab Allah dan Sunnah Nabi. Kurang rasa malu, sebab
iman tidak bersinar dalam kalbu, suka melanggar peraturan tanda kelemahan iman
didalam dada. Maka dengan suri tauladan Nabi S.A.W yang memberi tuntunan
kejalan sebaik-baiknya dan mendapatkan suatu petunjuk yang sanggup membawa
manusia kepada hati suci, jiwa bersih dan rohani tinggi, serta
citra yang luhur. Demikianlah seseorang harus bersifat yang terpuji,
yaitu : keras kemauan, berani, tahu berterima kasih, suka bertawakal kepada
Allah S.W.T, ridho dengan taqdir yang menimpa dirinya, sabar atas segala ujian
dan cobaan, suka berkorban dan merasa puas dengan nikmat yang Allah berikan
kepadanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah, yang kamu dustakan …?!!.
" (Azab) yang demikian itu adalah
disebabkan perbuatan tangan kamu sendiri, maka bahwasannya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hamba-hambanya. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tiada
menghendaki kesukaran".
(Q.S. : Al - Baqarah : 182-185)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar